Pages

Senin, 09 Mei 2011

DESA WISATA BATIK KLIWONAN

Image
Klaster industri batik di Desa Kliwonan dan Desa Pilang Kecamatan Masaran oleh Pemkab Sragen selanjutnya dikembangkan menjadi kawasan wisata dengan brandmark ‘’Desa Wisata Batik Kliwonan’’.  Pengembangan kawasan dilakukan dengan pendekatan ekoturisme berkelanjutan yang menekankan pada pemberdayaan warga lokal dan mengangkat potensi ekonomi, keunikan, kearifan lokal serta memperhatikan keseimbangan ekologi.

Ada beberapa aktivitas wisata yang ditawarkan kepada pengunjung, antara lain: belanja batik berkualitas tinggi dengan harga murah, wisata belajar membatik 3 jam dan mendalam, belajar membuat gerabah sawah, mengenal proses bertani, wisata kuliner makanan khas desa, menjelajah desa, fotografi luar ruang (alam), festival desa batik (antara bulan Agustus-Nopember tiap tahun).

Menyusuri jalanan desa di pagi hari, bersepeda sambil menghirup udara segar tanpa polusi di tengah hamparan persawahan adalah aktivitas  menyenangkan dan menyehatkan. Jika cuaca bersahabat, di kejauhan terlihat siluet Gunung Merapi dan Merbabu ditimpa cahaya keemasan matahari yang sedang terbit.

Di salah satu sudut jalan desa --dari arah ketinggian, tampak aliran Sungai Bengawan Solo berkelok-kelok di bawahnya. Aktivitas penambang pasir tradisional di sungai dengan puluhan rakit bambu menjadi atraksi menarik. Saat senja, merupakan lokasi tepat menikmati pemandangan matahari terbenam.


SENTRA INDUSTRI BATIK KHAS SRAGEN

Solo,Yogyakarta, dan Pekalongan adalah kota-kota yang selama ini lebih dikenal sebagai pusat batik di Indonesia.  Padahal, jika ditelusuri lebih jauh, pusat-pusat produksi batik pun dapat ditemukan di daerah lain di Jawa Tengah.

Image

Kabupaten Sragen, misalnya, memiliki dua sub sentra batik yakni Kecamatan Plupuh dan Masaran. Kawasan tersebut memiliki beberapa desa penghasil batik. Letak mereka pun berdekatan, saling berseberangan di sisi utara dan selatan Sungai Bengawan Solo. Karena berada di pinggiran sungai atau kali --dalam bahasa Jawa, industri Batik di kawasan tersebut juga dikenal dengan sebutan Batik Girli (Pinggir Kali). Tapi ada juga yang mengenalnya dengan sebutan batik Kliwonan, mengambil nama salah satu desa produsen yang berlokasi di Kecamatan Masaran.

Di sentra batik Kliwonan terdapat 85 UKM yang mampu menyerap sekitar 5000 tenaga pembuat batik. Sementara  secara keseluruhan terdapat 15.000 pembuat batik yang tersebar di semua wilayah Kabupaten Sragen. Dalam setahun mereka mampu menghasilkan batik jenis katun sebanyak 50.000 potong dan batik jenis sutera dari alat tenun bukan mesin sebanyak 365.000 potong. Batik yang dihasilkan dari sentra industri batik Girli tersebut kemudian disetorkan ke juragan batik Solo dan diberi label pengepul ataupun dijual langsung ke pemilik kios di Pasar Klewer Solo.

Maka tak mengherankan bila batik Kliwonan alias batik Sragen menjadi tidak pernah terdengar. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Sragen lalu menetapkan sentra batik Girli menjadi kawasan wisata terpadu, dengan nama pencitraan (brandmark)  Desa Wisata Batik Kliwonan. Kawasan desa wisata batik ini sekaligus diarahkan menjadi kawasan kunjungan wisata, pusat pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik khas Sragen.

Motif batik Sragen pada umumnya identik dengan Batik Solo dan Yogyakarta, karena para pionir pengusaha batik Sragen adalah buruh juragan batik di Solo di masa silam. Namun, generasi yang lebih muda kini mulai berani memembuat motif batik yang berbeda dari batik Solo. Perbedaan yang mulai muncul adalah batik Sragen cenderung memiliki warna dasar lebih terang, sedangkan motifnya memadukan corak baku/klasik dengan gambar flora dan fauna.

Pintu masuk menuju Sentra Batik khas Sragen dapat diakses melalui daerah Gronong, Kecamatan Masaran, 17 km arah timur laut dari kota Solo. Tepatnya 100 m sebelah utara gapura batas Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen. Pintu masuk berikutnya adalah sebelah barat Pasar Masaran, di JL Solo-Sragen Km. 20.   





Festival Desa Batik :
Pesta Desa Serba Batik


Festival Desa Batik pada awalnya adalah event bersih desa sebagai wujud syukur warga desa atas panen padi yang melimpah. Event ini kemudian terus mengalami berbagai modifikasi sehingga memasukkan unsur batik ke dalam pesta panen. Perpaduan dunia agraris dan batik merupakan fenomena menarik dan unik untuk disaksikan. Maka dalam Festival Desa Batik akan dijumpai aneka atraksi antara lain : pawai hasil pertanian, pawai alat pertanian berhias batik, pawai hewan ternak berhias batik, pawai lampion batik, lomba desain batik, balapan mencanting, pawai orang-orangan  (memedi) sawah, pawai caping lukis batik, dan sebagainya. Di samping itu, warga juga menggelar berbagai pertunjukan kesenian seperti sandiwara,  kesenian musik kentongan, nasyid (acapela) bocah. Sebagai puncak acara, festival desa batik ditutup dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar